Pengertian, Artikel, dan Contoh Perilaku Taat -->

Pengertian, Artikel, dan Contoh Perilaku Taat

Pengertian, Artikel, dan Contoh Perilaku Taat

Pengertian, Artikel, dan Contoh Perilaku Taat
1. Pengertian dan Contoh Taat
Kata taat berasal dari bahasa Arab Ta’at. Kata ini memiliki makna
mengikuti atau menuruti. Secara istilah taat berarti mengikuti dan
menuruti keinginan atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain,
taat artinya tunduk, patuh saat kita mendapat perintah atau larangan
untuk dihindari. Contoh perilaku taat dapat ditemukan dalam uraian berikut. Zahra
duduk di kelas VII SMP Bina Mulia. Sebagai seorang muslim, Zahra menunaikan
salat tepat waktu, menunaikan puasa Ramadan, dan puasa sunah. Tidak lupa
setiap hari Jumat Zahra memiliki agenda rutin yaitu bersedekah. Zahra
melakukannya dengan ikhlas tanpa menginginkan pujian dari teman atau orang
tuanya. Sikap yang ditunjukkan oleh Zahra termasuk kategori perilaku taat.
Zahra menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya. Perilaku Zahra
hendaknya diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara
menerapkan perilaku taat dalam keseharian? Simaklah uraian berikut
untuk mengetahuinya.
2. Berperilaku Taat dalam Keseharian
Memiliki sifat taat akan memberikan akibat yang baik bagi pemiliknya.
Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, ia akan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipastikan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.
a. Ketaatan kepada Allah Swt.
Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi.
Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat
mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Swt. Saat Allah Swt.
menginginkan sesuatu dari kita, kita harus menaati-Nya. Inilah
makna keislaman kita kepada Allah Swt. Menunaikan perintah
Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara
menunjukkan ketaatan kepada Allah Swt. Misalnya, menunaikan
salat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.
b. Ketaatan kepada Nabi Muhammad saw.
Ketaatan kepada rasul memiliki posisi sejajar dengan ketaatan
kepada Allah Swt. Mengapa demikian? Hal ini karena apa pun yang
disampaikan, dilakukan, serta diinginkan Rasulullah saw. merupakan
wahyu dari Allah Swt. Pada saat yang sama, Allah Swt. senantiasa
menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yang dilakukan
beliau. Sedikit saja beliau bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera
mengingatkannya. Dengan adanya penjagaan Allah Swt. ini
Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari kesalahan.
Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt.
menempatkan Rasulullah saw. dalam posisi yang terhormat dalam
ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan bahwa menaati
Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian,
ketaatan kepada Rasulullah saw. merupakan prioritas yang sama
dengan ketaatan kepada Allah Swt. Meskipun begitu, kita tidak boleh
menganggap Rasulullah saw. sejajar dengan kedudukan Allah Swt.
sebagai Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt.
sebagai Tuhan merupakan tindakan kemusyrikan karena Rasulullah
hanyalah manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati
perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya berarti menaati rasulNya.
Hal ini karena perintah rasul berarti perintah Allah Swt.
c. Ketaatan kepada Ulil Amri
Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada ulil amri. Sebagian
ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas pada pemerintah di
negara kita berada. Oleh karena itu, kita juga harus taat pada berbagai
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu
disusun untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagian ulama yang lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka
tidak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, tetapi segala
hal atau aturan atau sistem yang ada di sekitar dan terkait dengan
kita. Oleh karena itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai
taat pada orang tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma
yang berlaku hingga taat pada janji kita kepada teman.
Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat
tertentu itu adalah tidak boleh bertentangan dengan aturan Allah
Swt. dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah Swt.
dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita tinggalkan.
Kita juga dianjurkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan
kepada guru ditunjukkan dengan mematuhi perintahnya, menghormati,
dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan tugas yang
guru berikan kepada kita, baik itu tugas sekolah maupun tugas luar.
Kita juga wajib menghormatinya, misalnya dengan berkata dan
bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru dapat
ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya,
dan berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya.
Buka Komentar